kesenian arab di indonesia

kesenian arab di indonesia

3 Kesenian Indonesia yang Diadaptasi dari Arab

Islam masuk ke Indonesia menurut salah satu pendapat masuk terhadap abad ke-7. Masuknya islam, merubah termasuk lebih dari satu pengaruh budaya arab di indonesia modifikasi kesenian Indonesia. Tak hanya mengubah, lebih dari satu kesenian luar, khususnya dari Arab termasuk masuk dan menempel jadi budaya. Hingga kala ini, kesenian Indonesia, lebih dari satu diadaptasi oleh budaya Arab.

Menurut sumber buku Sejarah alkukturasi budaya arab di indonesia Kebudayaan Islam, lebih dari satu kesenian yang berasal dari Arab, contohnya Hadrah, Qasidah, dan Tari Zapin.

1. Hadrah

Hadrah termasuk salah satu seni budaya lokal yang dijadikan media dakwah islam adalah kesenian Indonesia yang diadaptasi dari kalangan Arab. Saat memperingati Maulud Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. pembacaan Hadrah layaknya Al-barjanzi dilakukan. Tak hanya kala Maulud Nabi, khitanan dan pernikahan Hadrah kebanyakan ditunaikan sebagai bentuk perayaan kebahagiaan.

Menurut sejarah, Hadrah merupakan sebuah kesenian islam yang telah lama tersedia semenjak zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Diceritakan, terhadap kala itu, baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, seni hadrah sebenarnya hampir sama dengan qasidah hijrah dari Mekah ke Madinah.

Rasulullah disambut bersama seni budaya yang berkembang di nusantara sebelum kedatangan agama puas cita orang-orang Anshar Madinah bersama syair yang dikenal bersama shalawat Badar.

2. Qasidah

Qasidah merupakan kesenian Indonesia yang diadaptasi dari Arab, yang berasal dari bahasa Arab kata ‘qasidah’ yang berarti seni bangunan arab lagu ataupun nyanyian. Biasanya qasidah ditunaikan secara bersama yakni sebagai kelompok bersama diiringi alat musik tradisional dan khas layaknya krecek, rabana, dll.

Saat penyebaran islam, lebih dari satu lagu Arab modern ke Indonesia mengakibatkan para seniman islam menggabungkan pada makanan khas arab kesenian tradisional Indonesia bersama lagu-lagu Arab. Menurut sejarah, Qasidah jadi tenar lebih kurang th. 1960-an tetapi tetap bersifat lokal. Kemudian, th. 1970, qasidah berkembang luas ke Nusantara.

3. Tari Zapin

Tarian yang diadaptasi dari Arab salah satunya adalah tari Zapin. Tari Zapin merupakan tarian Melayu yang tetap tersedia sampai kala ini. Sebenarnya Zapin berasal dari Arab yakni ‘Zaffan yang berarti penari atau’ Al-Zapin’ yang berarti gerak kaki.Tarian ini dipopulerkan oleh keturunan Arab yang dianggap berasal dari tempat Yaman.

Menurut histori tarian Zapin merupakan tarian hiburan di Istana. Tarian ini dibawa dari Yaman oleh pedagang Arab seni budaya lokal yang dijadikan media dakwah islam adalah terhadap awal abad ke-16. Pasalnya, tarian ini menyebar ke Nusantara layaknya Johor, Riau, Singapura, Sarawak dan Brunai Darussalam. Pada th. 1930, seorang bernama Adam yang berasal dari Sumatera memperkenalkan tarian ini ke Pekanbaru.
Faktanya sebelum saat th. 1960 tarian ini hanya ditunaikan oleh penari pencarian pria, sejalan berkembangnya zaman tarian ini diperagakkam termasuk oleh perempuan.

Baca Juga : Empat Lukisan Van Gogh yang Menggemparkan Dunia

Berbicara tentang kesenian (dalam makna umum) dan seni nada (dalam makna khusus) di dunia Arab asumsi orang dapat secara otomatis langsung tertuju pada dua maestro yang hampir jadi legenda, yakni Umm Kultsum (Arab: أم كلثوم‎ ) berasal dari Mesir dan Fairuz (Arab: فيروز‎) berasal dari Lebanon. Dua nama penyanyi legendaris itu bukan cuma termasyhur di dunia Arab, melainkan sampai ke seantero dunia, termasuk Indonesia. Banyak sekali orang Indonesia yang apalagi hapal luar kepala syair dan lagu ke dua diva Arab ini, dan mampu menyanyikannya. Tak ayal lagi keduanya banyak merubah musisi gambus atau melayu di Inonesia.

Tapi sebetulnya kesenian Arab jauh lebih luas berasal dari cuman Ummi Kaltsum dan Fairuz. Abul Faraj Al-Isfahani (اب الفرج الإصفهانى), sarjana besar yang hidup pada th. 897-967 (masa Abasiyah), menulis perkembangan seni di dalam peristiwa Arab secara urutan dan diakronis di dalam buku yang berjudul Kitab al-Aghani (كتاب الأغاني) yang terdiri berasal dari 25 (dua puluh lima) jilid. Kitab Al-Aghani, atau kitab nyanyian (The Book of Songs) ini menyerupai sebuah antologi syair, koleksi puisi, nyanyian-nyanyian Arab, foklore, lelucon, dan anekdot yang luar biasa kaya raya di dalam rentang selagi berabad-abad sejak era pra-Islam (Jahiliyah) sampai abad 9.