
Kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang banyak variasi dan penuh dengan nilai estetika tinggi, pasti saja kudu dilestarikan agar tidak tergerus zaman. Mulai dari bhs daerah, tari tradisional, alat musik sampai upacara tradisional pasti saja akan membuat anda terpesona kala berwisata ke provinsi dengan sebutan Ujung Pandang ini.
Bermacam Kesenian Tradisional Sulawesi Selatan
Lantas, apa saja kesenian tradisional yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan? Mari simak dengan Info menariknya tersebut ini.
1. Bahasa Daerah
Contents
Bahasa merupakan layanan komunikasi dengan individu lainnya. Nah, di Sulawesi Selatan sendiri, mengfungsikan bhs area yang biasanya adalah bhs Bugis. Ini termasuk salah satu kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang diakui paling beragam, dikarenakan pemakaian dialeknya yang berbeda-beda.
Selain bhs Bugis, penduduk di sana termasuk mengfungsikan bhs Mangasara yang mana bhs ini biasa digunakan oleh suku Makasar dengan sebagian dialek seperti dialek Gowa, Mars, Turatea, dan Pangkep.
Baca Juga : Daftar Kesenian Khas Sunda yang Tetap Lestari Hingga Saat Ini
Lalu ada pula bhs Toraya yang pasti saja digunakan oleh suku Toraja dengan sub bhs meliputi Toala’, Tae’, dan Torajasa’.Kartu Kredit CekAja, Nikmati penawaran terbanyak, promo terbaru, dan gratis iuran tahun pertama
2. Tari Tradisional
Tidak hanya bhs daerah, kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang lainnya adalah tari tradisional. Tarian di provinsi ini bisa dibilang cukup banyak variasi dikarenakan kebiasaan istiadat dan suku yang ada di Sulawesi Selatan itu sendiri.
Nah, tarian-tarian dibawah ini adalah tarian yang udah kita rangkum dari berbagai sumber untuk meningkatkan wawasan anda didalam mengenal kesenian tradisional Sulawesi Selatan. Jadi, yuk disimak bersama.
Tari Kipas Pakarena
Kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang satu ini merupakan satu satu diantara kesenian paling tenar di penduduk Indonesia. Tari Kipas Pakarena merupakan tarian tradisional dari area Goa, Sulawesi Selatan. Tarian ini dimainkan di acara-acara yang sifatnya menghibur dan tak jarang termasuk ditunaikan untuk melengkapi upacara adat.
Dalam pertunjukan, Tari Kipas Pakarena ditampilan dengan kuantitas penari sebanyak 5 sampai 7 orang dan dengan mengfungsikan pakaian kebiasaan dan juga diiringi alat musik Gondrong Rinci (perpaduan antara gendrang dan seruling). Menurut mitos yang beredar di masyarakat, tarian ini berawal dari perpisahan antara penghuni negeri khayangan dengan penghuni bumi.
Sebelum berpisah inilah, para penghuni negeri khayangan mengajarkan langkah bertahan hidup lewat gerakan badan dan kaki. Gerakan tersebut lalu digunakan oleh penduduk bumi untuk mengungkapkan rasa syukurnya.
Tari Pa’Gellu
Kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang satu ini berasal dari area Toraja, terlebih Kota Rantepao, Kabupaten Toraja Utara.
Tarian ini biasa ditampilkan pada upacara kebiasaan spesifik penduduk Toraja yang disebut Ma’Bua.
Ma’Bua sendiri biasanya berkaitan dengan upacara pentasbihan pada tempat tinggal kebiasaan Toraja. Namun bersamaan ikuti zaman, tarian Ma’Gellu ini akhirnya bisa dinikmati pada pesta perkawinan, syukuran panen, sampai penerimaan tamu yang diakui terhormat.
Tari Gandrang Bulo
Tari Gandrang Bulo termasuk termasuk salah satu kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang sampai saat ini masih dilestarikan. Kata “Gandrang Bulo” sendiri berarti tabuhan bambu.
Tarian ini memiliki kandungan unsur humor dengan lawakan yang terkesan mengkritik isu politik, sosial dan budaya. Namun lawakan yang digunakan pun masih terkesan menghibur agar diakui bisa menghipnotis pirsawan untuk tertawa dengan selama pementasan Tari Gandrang Bulo.
Sayang, kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang satu ini hanya bisa anda temukan kala pesta rakyat. Nah, kalau anda berlibur ke Sulawesi Selatan pada saat pesta rakyat, jangan lupa meluangkan diri untuk melihat tarian ini ya!
Tari Pajoge
Istilah “Pajoge” didalam bhs suku Bugis di Sulawesi Selatan dikenal memiliki kandungan tiga makna, yaitu sebagai tarian, pertunjukkan, dan sebagai makna untuk menyebut penari. Tarian ini biasanya spesifik dipertontonkan di kalangan istana maupun ningrat.
Tari Pajoge dibagi jadi dua jenis, yaitu Pajoge Makkunrai dan Pajoge Angkong. Pajoge Makkunrai ditarikan oleh wanita-wanita cantik, saat Pajoge Akong ditarikan oleh waria. Di lingkungan penduduk sendiri, Pajoge Makkunrai lah yang banyak dipentaskan. Sebab pada zaman dulu, tarian ini biasanya ditunaikan di sedang para penonton, terlebih kaum lelaki.
Tari Pattennung
Kesenian tradisional Sulawesi Selatan lainnya yang enggak kalah estetik adalah Tari Pattennung.
Tarian ini miliki makna unik lho, yang mana Tari Pattennung konon menceritakan berkenaan rutinitas wanita Toraja didalam menenun benang jadi kain. Lewat tarian ini, penduduk suku Bugis yang ada di Sulawesi Selatan mendambakan menyatakan bagaimana selayaknya sikap seorang wanita kala menenun, yaitu kudu sabar, gigih, dan teliti.
Ketika menarikannya, penari Pattennung kudu mengfungsikan pakaian Bodong Panjang, Lipaq Sabbe, Curak Lakba, dan juga hiasan-hiasan lain yang merupakan pakaian kebiasaan khas Sulawesi Selatan. Penari termasuk diiringi suling dan gendang yang membuat tarian ini nampak lebih memukau.
3. Alat Musik Tradisional
Satu satu diantara kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang selanjutnya kudu anda ketahui adalah alat musik tradisionalnya. Sebagai provinsi yang cukup dihuni oleh banyak suku, alat musik dari provinsi di Selatan Pulau Sulawesi ini termasuk tak kalah banyak variasi lho.
Berikut sebagian alat musik khas Sulawesi Selatan.
Alosu
Alosu merupakan alat musik yang termasuk didalam kesenian tradisional Sulawesi Selatan. Alat musik khas suku Bugis yang hanya miliki satu nada saja ini, terbuat dari anyaman bambu yang diisi dengan biji-bijian atau kerikil.
Menariknya alat musik Alosu ini bukan dimainkan dengan langkah dipetik, ditiup, atau apalagi ditabuh.
Namun Alosu dimainkan dengan langkah digoyang ke kanan dan ke kiri atau diayunkan, sembari diiringi Tari Ulusu.
Perpaduan antara dua kesenian tradisional Sulawesi Selatan ini bisa anda temukan saat upacara adat, pelantikan raja, dan acara-acara resmi lainnya.
Pui-pui
Alat musik Pui-pui miliki wujud yang sama terompet sekaligus diakui termasuk cukup sama dengan alat musik tradisional dari provinsi lainnya di Indonesia, seperti alat musik Sronen dari Jawa Timur dan alat musik Serunai dari Sumatera.
Pui-pui sendiri termasuk salah satu alat musik yang hampir punah keberadaannya. Betapa tidak, apalagi untuk membuat kesenian tradisional Sulawesi Selatan ini saja, pengrajin kudu mengfungsikan daun lontar dan lempengan logam khusus.
Enggak hanya keberadannya saja yang susah ditemukan, untuk memainkan alat musik Pui-pui ini termasuk ternyata susah lho.
Sehingga dibutuhkan keahlian spesifik saat meniup Pui-pui, dan kalau tidak maka nada yang dihasilkan akan terdengar aneh.
Gendang Bulo
Selain alat musik Pui-pui, kesenian tradisional Sulawesi Selatan lainnya yang termasuk didalam kategori alat musik adalah Gendang Bulo.Ukuran dari alat musik ini sesungguhnya cenderung lebih kecil ketimbang gendang khas Jawa, tetapi Gendang Bulo miliki ukuran yang jauh lebih panjang.
Untuk memainkan alat musik ini, pemain kudu memposisikan segi gendang yang lebih besar di sebelah kanan lantas pukul segi tersebut mengfungsikan kayu. Sementara untuk segi yang lebih kecil dipukul dengan tangan secara langsung.
4. Upacara Tradisional
Selain bahasa, tari, dan alat musik, kesenian tradisional Sulawesi Selatan lainnya yang tak boleh luput untuk diketahui adalah upacara adat. Upacara kebiasaan sejatinya jadi salah satu langkah untuk berikan paham kepada penduduk moderen berkenaan era lalu dari suatu suku.
Lewat serangkaian upacara ini termasuk lah, suatu suku bisa terus melestarikan kebudayaannya. Nah untuk di area Sulawesi Selatan sendiri, terdiri dari banyak upacara kebiasaan dari banyak variasi suku yang ada di sana, seperti suku Toraja, Bugis, dan lainnya. Untuk memudahkan anda paham akan hal ini, tersebut CekAja coba perkenalkan 2 upacara kebiasaan yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan.
Rambu Solo
Upacara Rambu Solo jadi salah satu kesenian tradisional Sulawesi Selatan yang tenar di semua penjuru tanah air dan masih ditunaikan sampai saat ini.
Upacara kematian yang berasal dari suku Toraja ini, mempunyai tujuan untuk mengantarkan arwah orang yang udah meninggal dunia menuju alam keabadian dengan dengan para leluhur mereka.
Dalam keyakinan penduduk Toraja, kematian baru terlampau diakui kalau upacara Rambu Solo udah dilaksanakan. Jika belum, maka orang yang baru meninggal itu akan senantiasa diperlakukan seperti manusia yang sedang mengidap sakit. Melalui keyakinan ini juga, suku Toraja berpikiran kalau semakin tinggi kekuasaan atau semakin banyak harta yang dimiliki oleh orang tersebut, maka semakin mahal pula ongkos upacara pemakaman yang dilaksanakan.
Accera Kalompoang
Accera Kalompoang adalah upacara bersihkan benda-benda pusaka bekas peninggalan Kerajaan Gowa. Upacara tradisional ini biasa ditunaikan saat Hari Raya Idul Adha, di mana penduduk akan datang ke Istana Balla Lompoa di Gowa.Prosesi sakral ini berjalan selama dua hari. Di hari pertama upacara akan di awali dengan barzanji atau doa-doa dan juga memotong kerbau dan memanggil para leluhur.Kemudian akan berlanjut dengan prosesi pengambilan air di sumur tua yang ada di Katangka, Gowa.